Senin, 31 Desember 2007

CATATAN AKHIR TAHUN KALBAR - MENYONGSONG GUBERNUR BARU KALBAR

Oleh Nurul Hayat

Pontianak, 30/12 (ANTARA) - 2007, merupakan tahun pesta demokrasi bagi rakyat Kalimantan Barat. Sebanyak 2,9 juta dari 4 juta lebih penduduk setempat melaksanakan pemilihan umum gubernur dan wakil gubernur. Pasangan Cornelis-Christiandy Sanjaya akhirnya terpilih sebagai gubernur periode 2008-2013.

Proses pelaksanaan Pemilu Gubernur telah dimulai sejak penjaringan bakal calon Juli. Kegiatan terus berlanjut hingga pelaksanaan hari "H" pemilihan, pemungutan suara 15 Nopember.

Sebanyak empat pasangan calon, tampil dalam pesta demokrasi model pemilihan gubernur langsung pertama kali bagi Kalbar tersebut. Pasangan calon datang dari berbagai bidang dan keahlian, semisal pengusaha, politisi, birokrat, dan aktivis pemberdayaan ekonomi. Mereka juga secara tak langsung mewakili tingkat nasional, provinsi dan kabupaten.

Mereka adalah pasangan Usman Ja'far - Laurentius Herman Kadir, yang tak lain "incumbent" atau gubernur dan wakil gubernur periode 2003-2008. Oesman Sapta Odang - Ignatius Lyong, pengusaha yang juga mantan anggota MPR dengan birokrat yang jabatan terakhirnya sebagai Asisten I Sekretaris Daerah Kalbar.

Kemudian pasangan M Akil Mochtar - Anselmus Robertus Mecer, seorang politisi asal Partai Golkar, anggota DPR RI dua periode. Akil berpasangan dengan aktivis pemberdayaan ekonomi masyarakat dan juga mantan dosen di Universitas Tanjungpura.

Pasangan terakhir, Cornelis-Christiandy Sanjaya, duet seorang Bupati dari Landak dengan kepala sekolah dari Sekolah Menengah Kejuruan Imanuel Pontianak.

Pasangan calon tersebut diusung oleh partai-partai yang ada. Pasangan UJ-LHK diusung partai besar seperti Partai Golkar, PPP, PKB, PAN, PKS, PBR, Partai Merdeka dan PDS dengan menyandang nama koalisi, "Koalisi Harmoni" dengan 52,39 persen suara dukungan.

OSO-Lyong diusung Partai Demokrat, PPD, Partai Patriot Pancasila, PNI Marhaenisme, PBSD, PPIB dan PKPB dengan nama "Koalisi Kalbar Maju, Adil dan Sejahtera" dengan 15,45 persen suara dukungan.

Kemudian pasangan Akil-Mecer yang berjuluk Pasangan AR, diusung oleh Partai Pelopor, PBB, PPDK, PNBK, PKPI, PPDI dan PSI, berkoalisi dalam "Koalisi Rakyat Kalbar Bersatu" dan mendapat 15,08 persen suara dukungan. Serta pasangan CC, yang diusung satu partai saja, PDI Perjuangan dengan dukungan suara 17,07 persen.

Data dari KPU tingkat kabupaten/kota mengenai jumlah pemilih untuk Pemilu Gubernur-Wakil Gubernur periode 2008-2013 sebanyak 2.925.018 orang. Jumlah tempat pemungutan suara (TPS) sebanyak 9.654 unit.

Menurut Ketua Komisi Pemilihan Umum Provinsi Kalbar, Aida Mokhtar, biaya pelaksanaan pemilu gubernur tersebut mencapai Rp67 miliar. "Namun belasan miliar lebih dana untuk kabupaten/kota sebagai pelaksana langsung pemilu," katanya.


Cornelis- Christiandy
Rapat pleno terbuka yang dipimpin Ketua KPU Aida Mokhtar 27 Nopember yang kemudian dituang dalam Berita Acara Nomor 21/BA/KPU/KB/XI/2007, menetapkan Cornelis-Christiandy Sanjaya, sebagai pasangan gubernur terpilih periode 2008-2013.

Pasangan bupati-guru tersebut, memeroleh suara 930.679 pemilih atau 43,67 persen, mengungguli tiga pasangan calon lain, pasangan "incumbent" dengan perolehan suara 659.279 pemilih (30,94 persen), Oesman Sapta-Lyong 335.368 pemilih (15,71 persen) dan Akil-Mecer 205.763 pemilih (9,66 persen) dari total suara sah 2.131.089 pemilih.
Cornelis-Christiandy kini menunggu Surat Keputusan Presiden melalui Menteri Dalam Negeri untuk dilantik sebagai gubernur dan wakil gubernur 2008-2013 pada 14 Januari 2008.

Cornelis yang kelahiran Sanggau (Kabupaten Sanggau) 27 Juli 1953 dan Christiandy Sanjaya, kelahiran Singkawang (Kota Singkawang) 29 Maret 1964, menang di delapan dari 14 kabupaten/kota. Delapan kabupaten tersebut meliputi, Landak, Sanggau, Sintang, Sekadau, Melawi, Kapuas Hulu, Bengkayang dan Kota Singkawang.

Kemenangan pasangan ini, menunjukkan bahwa calon dari daerah pun dapat bersaing maju dalam pemilihan gubernur-wakil gubernur dan berhadapan dengan incumbent, calon dari tingkat nasional semisal DPR dan calon dengan dana kampanye besar.

Terlepas dari adanya politisasi agama dan etnis (aliran) saat kampanye berlangsung hingga masa tenang, oleh pendukung dan simpatisan para calon gubernur, namun duet Cornelis-Christiandy Sanjaya, yang pada akhirnya menjadi pilihan rakyat.

Cornelis yang ditemui beberapa waktu lalu, menyatakan kemenangan dalam pemilihan gubernur itu hendaknya tidak dianggap sebagai kemenangan partai pengusung (PDI Perjuangan), tetapi secara hakiki merupakan kemenangan dan kehendak rakyat. "Peran Tuhan sangat banyak. Ini suatu mukjizat dari Jubata (Tuhan)," kata Bupati dua periode, 2001-2006 dan 2006-2011 itu.

Cornelis-Christiandy memiliki visi pembangunan masyarakat Kalbar yang cerdas, sehat dan sejahtera. Untuk mewujudkannya, di antaranya dengan peningkatan dana pendidikan 20 persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Cornelis menegaskan pada masa kepemimpinannya, dana pendidikan 20 persen dapat terwujud setelah gaji pegawai aman, artinya tidak kekurangan. Ia juga menyatakan akan melobi Pemerintah di Jakarta agar mendapatkan jatah penambahan guru, guna mempersiapkan guru pengganti bagi yang memasuki masa pensiun.

Pembangunan sekolah juga akan sesuai standar, sehingga kualitas sekolah di kota dan desa tetap sama dan mampu bersaing. Pengadaan tenaga guru dengan memprioritaskan sekolah di pedalaman. Tunjangan khusus tenaga pengajar di pedalaman dan pengangkatan tenaga guru berasal dari daerah setempat yang memenuhi syarat akan menjadi perhatian serius.

Pasangan ini, juga akan membuka peluang kepada masyarakat Kalbar yang kaya untuk ikut berperan aktif dalam membangun daerah. "Silakan saja membangun agar kita tidak kekurangan 'duit'," kata Cornelis.

Bagi Cornelis yang sudah hampir 30 tahun mengabdikan diri kepada pemerintah sebagai pegawai negeri sipil, seorang pemimpin semestinya dapat memberikan pelayanan dasar sebuah negara sesuai perundang-undangan. Pelayanan meliputi pendidikan, kesehatan, dan mengatasi kemiskinan, menolong fakir miskin.

Pelayanan tersebut tentu saja telah ditunggu 4 juta jiwa penduduk yang tinggal di wilayah seluas 146.807 kilometer persegi ini.


Dukungan kandidat
Mahmud Akil dalam "Fenomena Etnisitas di Kalimantan Barat", pada buku Kebudayaan Dayak Aktualisasi dan Transformasi, 1994 berkata, "Orang bisa berbeda paham, karena adanya persaingan di bidang ekonomi, politik, maupun sosial budaya, dan ditambah lagi adanya unsur primordialisme yang sering dikembangkan masing-masing pihak."
Akan tetapi dengan adanya saling ketergantungan masing-masing pihak itu dalam bidang yang sama, terjadi pula adanya kerja sama. Kerjasama akan semakin erat jika masing-masing pihak mempunyai visi yang sama tentang bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Agaknya, pernyataan tersebut terjawab ketika Cornelis-Christiandy Sanjaya terpilih.

Karena ketiga pasangan lainnya, menyatakan memberikan dukungan bagi langkah pasangan ini untuk membangun Kalbar menjadi lebih baik dan maju dalam lima tahun ke depan.

Usman Ja'far, yang juga gubernur periode 2003-2008, secara jelas dalam debat kandidat di sebuah hotel di Pontianak 11 Nopember, menegaskan siap mendukung siapa pun yang terpilih menjadi gubernur.

Sementara Oesman Sapta dan Akil Mochtar, dalam kesempatan terpisah juga menegaskan hal yang sama.

Dalam wawancara 18 Desember, Oesman Sapta menyatakan mendukung sepenuhnya kepemimpinan pasangan Cornelis-Christiandy Sanjaya. Mantan anggota MPR itu juga menyatakan rasa salutnya kepada pasangan tersebut karena bisa mengalahkan mantan anggota MPR, anggota DPR dan gubernur yang masih menjabat.

"Ini yang menang anak daerah, putra daerah, kenapa mesti dipersoalkan? Tumbuhkan sportivitas," tegasnya.

Pengusaha dengan modal kampanye terbesar dari tiga pasangan calon lainnya itu, mengakui secara tulus ikhlas menerima kekalahan. "Selama ini saya tidak pernah mengukur. Betulkah rakyat Kalbar mendukung saya? Ternyata benar, rakyat mendukung saya," kata Oso yang memeroleh suara terbanyak di kampung halamannya, Kabupaten Ketapang (dan Kayong Utara).
Bagaimana dengan Akil Mochtar, setelah yakin kalah pada hari kedua setelah pemungutan suara?
"Kita berharap pemimpin yang baru membangun kualitas (masyarakat) Kalbar. Rakyat kita masih miskin, pengangguran di mana-mana," katanya.

Lebih lanjut ia menyatakan, "Kita mempunyai tanggung jawab moral yang sama, membangun Kalbar."
Cornelis, bukanlah orang baru di kancah perpolitikan Kalbar. Ia juga merupakan Ketua Dewan Pengurus Daerah PDI Perjuangan Kalbar. Dalam Pemilihan Umum Presiden 2004, khusus Kalbar, PDI Perjuangan unggul tipis dari Partai Golkar.

Sementara Christiandy Sanjaya yang dikenal sebagai seorang pendidik, adalah pasangan yang tepat bagi Cornelis.

Hal itu pernah diakui putra Dayak Sanggau itu dalam pernyataannya. "Dalam pemilihan, bukan hati nurani, tetapi tingkat rasionalitas yang tinggi," kata Cornelis menjelaskan alasan memilih berpasangan dengan Christiandy, sebagai seorang yang profesional di bidang pendidikan dan ekonomi.

Christiandy, selain sebagai pendidik, pernah pula terjun ke kancah politik lokal, sebagai anggota DPRD Kota Pontianak pada 1989-2004.
Kini, menyongsong 2008, pasangan ini siap melangkah membangun Kalbar. Harapan besar tertumpu kepada keduanya, membangun masyarakat Kalimantan Barat yang cerdas, sehat dan sejahtera. Selamat bertugas gubernur dan wakil gubernur periode 2008-2013.

Jumat, 21 Desember 2007

OBITUARI ASPAR ASWIN Oleh Nurul Hayat

Pontianak, 21/12 (ANTARA) - Husna Sabri sangat sedih. Ada duka. Ia baru saja kehilangan bekas atasan yang juga ayah baginya, Mayjen (Purn) H Aspar Aswin.

Aspar Aswin, mantan Gubernur Kalbar 1993-2003 yang lahir di Samarinda 13 April 1940, meninggal dunia dalam usia 67 tahun di ruang perawatan intensif (ICU) Rumah Sakit Santo Antonius Pontianak, Rabu (19/12) pukul 02:10 WIB.

Rabu siang, Husna mondar-mandir di bandara Supadio mengurusi pemberangkatan jenazah menuju bandara Adisutjipto, Yogyakarta, untuk dikebumikan di pemakaman keluarga Gandokan, Kecamatan Kerangganan, Temanggung, Jateng.

Jenazah Aswin sudah berada di ruang tunggu VIP bandara Supadio, dijaga dua prajurit bersenjata.

Husna sempat bingung mencari pesawat yang bersedia memberangkatkan jenazah. Ada pimpinan maskapai penerbangan yang dihubungi. Pimpinan maskapai bersedia membawa jenazah menuju tempat tujuan.

"Tetapi harus membayar sewa dimuka. Bagaimana mau mencari uang hari begini?" katanya setengah bertanya. Ia bingung. Hari itu merupakan hari terakhir kerja menjelang cuti bersama. Untuk mendapatkan uang senilai Rp120 juta bukan perkara mudah.

"Untung ada yang membantu jenazah bisa diangkut pesawat sewaan," katanya.

Namun kecemasan Husna belum berakhir. Ia mesti memastikan dirinya bisa ikut serta dalam rombongan pengantar jenazah ke pemakaman, mengingat kapasitas angkut penumpang pesawat terbatas.

Keinginan mengantar jenazah sampai peristirahatan terakhir, menjadi harapan Husna, mantan ajudan Aswin. Husna menjadi ajudan selama 1995-2003.

Orang mengenal Husna dan Aspar Aswin bukan hanya sebatas pimpinan dan bawahan tetapi juga hubungan layaknya bapak dan anak.

Bagi Husna, sebagai atasan, Aspar Aswin adalah pimpinan yang tegas dan penuh kesederhanaan, sedangkan sebagai "ayah", Aspar Aswin adalah figur yang tenang dan penuh perhatian.

"Suasana yang tidak enak jika sedang berada di dalam mobil, bapak hanya diam. Itu tandanya sedang marah dengan seseorang," kata Husna, pria berusia 40-an tahun yang kini staf Dinas Pendapatan Daerah Kalbar.

Sedangkan hal yang menyenangkan ketika Aswin bertanya soal uang saku.

Kini, orang yang dianggapnya sebagai orangtua, telah meninggal dunia. Husna begitu kehilangan.

Terjatuh dan kelelahan

Menurut putra bungsu almarhum, Rico Andri Setyadi (34), sebelum dibawa ke rumah sakit, Aspar Aswin terjatuh di ruang tengah kediamannya di Jalan Akcaya III, Pontianak.

Hanya satu jam di ruang ICU, ayah tiga anak dan kakek lima cucu itu pun menghembuskan napas terakhir.

Selasa malam, Aspar Aswin menemani istrinya yang juga anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) utusan Kalbar, Hj Sri Kadarwati menghadiri pertemuan dengan Pengurus Forum Komunikasi Putra-Putri Purnawirawan dan Putra-Putri TNI/Polri (FKPPI) hingga tengah malam.

Menjelang tidur, Aswin terjatuh di ruang tengah rumah. Aspar Aswin segera dilarikan ke rumah sakit. Pada pukul 02.10 WIB, ia meninggal.

Rico mengaku tidak menemukan kejanggalan menjelang wafatnya Aswin.

Pertemuan terakhir keduanya terjadi pada Sabtu (15/12) ketika mengantar ke bandara Soekarno-Hatta untuk terbang menuju Pontianak.

"Ketika itu, bapak sedang flu. Dalam hati kecil saya, berat melepaskan keberangkatan bapak," kata Rico.

Aspar Aswin memiliki riwayat penyakit diabetes melitus. Ia selalu minum obat untuk menetralkan kadar gula darahnya jika sedang meninggi.

Selain takdir, faktor lain yang menyebabkan kepergian Aspar Aswin adalah kelelahan. Enam bulan terakhir ini, Aswin sering bolak-balik Jakarta-Pontianak untuk urusan partai.

Aspar Aswin adalah Ketua Dewan Pimpinan Daerah Partai Hanura Kalbar. Di tingkat pusat, partai baru itu dipimpin mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Wiranto.

Sehari di Pontianak, Aswin terbang ke Kota Ketapang guna mengukuhkan pimpinan anak cabang Partai Hanura. Rencananya, setelah Iduladha, ia bakal mengukuhkan pengurus partai di lima kecamatan di Pontianak, tetapi ajal lebih dahulu menjelang.

"Bapak kecapekan," kata Rico.

Motivator

Seorang pengurus DPD Partai Hanura Kalbar, Baisuni, mengaku mengenal Aspar Aswin sejak muda.

"Ia seorang motivator, inisiator, dan pemimpin yang berjiwa merakyat," kata Baisuni, mantan Bupati Kabupaten Sanggau, 1988-1998.

Ketika Aspar Aswin menjabat sebagai Komandan Korem 121/ABW, Baisuni menjabat sebagai Kepala Seksi Intel Korem. Hubungan baik keduanya berlanjut hingga bergabung dalam partai politik.

Selain memiliki figur yang disebutkan Baisuni, Aspar Aswin juga diakui cukup berwibawa, sederhana, dekat dengan bawahan dan menguasai bidangnya.

Asisten I Sekretaris Daerah Kalbar, Mahfud Suhendro, mengisahkan kejadian dalam acara makan di sebuah hotel di Jakarta bersama sejumlah pejabat Kalbar.

Ketika itu, para pejabat memesan masakan Italia seperti spaghetti dan pizza agar tidak terlihat "sepok"(kuno), tetapi Aswin malah memesan nasi timbel.

"Para pejabat menjadi malu," katanya.

Suhendro menambahkan, saat bekerja Aswin sering lupa waktu untuk istirahat makan. Lupa makan tampaknya juga menjadi salah satu yang melatarbelakangi kepergian Aswin.

Ketika mendampingi sang istri pada acara FKPPI, beberapa jam sebelum meninggal dunia, Aspar Aswin belum makan malam. Ia baru makan bubur pada pukul 23:00 WIB sepulang dari pertemuan tersebut.

Kebiasaan telat makan itu sejak lama dilakukan Aspar Aswin.

Riwayat jabatan

Semasa hidupnya, Aspar Aswin mengawali rangkaian riwayat jabatannya pasca lulus Akademi Militer Nasional (AMN) 1963.

Di institusi militer ia mengawali karir sebagai Komandan Peleton Yonif 314 Linud Siliwangi di Majalengka, Jabar, 1964. Kemudian menjadi Wakil Komandan Kompi Yonif 330/SLW, Komandan kompi Yonif 330/SLW, dan PASI-2 Yonif 330/SLW pada 1971.

Kemudian ditempatkan di Brigade 17 Kostrad Bandung, lalu di Resimen Induk Kodam (Rindam) I Kutaraja, Nanggro Aceh Darussalam sebagai Kepala Litbang Rindam pada 1973, kemudian sebagai Kepala Pendidikan dan Latihan di Rindam itu.

Berpangkat Mayor, Aspar Aswin tahun 1975 menjabat Komandan Yonif 113/DAM I Kotabakti-Aceh.

Beragam jabatan lain yang pernah didudukinya adalah menduduki jabatan Komandan Kodim (Dandim) 0108/Dam I Kutacane, Kepala Staf Korem (Kasrem) 121/Alambhana Wanawwai Sintang, Kalbar, asisten operasi Kepala Staf Kodam (Kasdam) VII Tanjungpura di Pontianak.

Aspar Aswin dinilai berhasil di Kalbar sehingga dipromosikan sebagai Komandan Rinifdam IX Udayana di Tabanan, Bali, 1985-1986. Dari Bali kemudian kembali bertugas ke Kalbar sebagan Danrem 121/ABW pada 1986-1989. Setelah berakhir masa tugas, Aspar Aswin diangkat sebagai Wakil Komandan Puspansisops di Cimahi, Jabar.

Belum setahun bertugas di Cimahi, Aspar Aswin mendapat kehormatan meniti karir di jabatan sipil sebagai Wakil Gubernur Bali, dengan pangkat Jenderal berbintang satu.

Bekal pengalaman yang dimilikinya, maka pada 1993 terpilih sebagai Gubernur Kalbar periode 1993-1998. Pengangkatan berdasarkan Keppres nomor 13/M/1993 tanggal 13 Januari 1993. Kemudian terpilih kembali sebagai gubernur Kalbar periode 1998-2003, berdasarkan Keppres RI No 2/M/1998 tanggal 9 Januari 1998.

Aspar Aswin merupakan gubernur ketujuh Kalbar atau gubernur kedua yang menjabat selama dua periode setelah Sujiman.

"Dia memang berjiwa pemimpin," kata H Djawari, mantan wakil gubernur era Aspar Aswin.

Bintang jasa dan penghargaan yang pernah diterima, Satya Lencana Penegak (1966), Satya Lencana GOM-VIII (1968), Satya Lencana GOm-VIII (1983), Satya Lencana VIII TH (1973), Satya Lencana XVI TH (1981), Satya Lencana XXIV TH (1989).

Kemudian, Darjah Kebesaran Kepahlawanan Angkatan Tentara Malaysia, Yudha Dharma Nararya (1996), Kartika Eka Paksi Pratama (1996), Satya Lencana Pembangunan Bidang Pertanian (1996), Satya Lencana Pembangunan Bidang Koperasi (!996), Satya Lencana Kebaktian Sosial (1996), Manggala Karya Kencana KL I A (1997), Lencana Melati (1997), Satya Lencana Abdi Satya Bhakti (1997), dan Abdimanggalya Karya (1997).

Aspar Aswin (anak pasangan Aswin dan Tuminah) menikah dengan Sri Kadarwati pada 17 Juli 1966. Wanita yang dinikahinya itu lahiran Muntilan tahun 1947.

Dari pernikahan itu, mereka dikaruniai tiga putra, Setya Dewi, Dony Satryadi, dan Rico Andri Setyadi. Dari anak-anak mereka, Aspar Aswin dikaruniai lima cucu.

Pelepasan jenazah berlangsung secara militer, dengan Komandan upacara, Gubernur Kalbar 2003-2008 Usman Ja'far.

Ribuan orang handai taulan, mulai dari pejabat pemprov Kalbar, para karyawan/staf, anggota DPRD, tokoh masyarakat, ulama, pejabat militer, wartawan, tetangga, dll, mendatangi kediaman pribadi yang biasanya tampak lengang tersebut.

Jenazah kemudian dibawa ke Masjid Raya Mujahidin, pada pukul 10.00 WIB untuk disalatkan. Setelah itu, langsung berangkat menggunakan ambulance Rumah Sakit Umum Dr Soedarso Pontianak, menuju ke bandara Supadio.

Menurut Rico, jenazah dibawa ke Temanggung karena semasa hidup, pernah menyatakan ingin istirahat penuh di tempat tinggal keluarga besar istrinya.

Diantara pengantar jenazah yang menaiki tangga pesawat tampak Husna Sabri masuk ke dalam burung besi berkapasitas 10 penumpang itu. Senyum tersungging di wajah Husna. Keinginannya mengantar jenazah hingga liang lahat tercapai.

"Selamat jalan Pak Aswin, jasamu dikenang masyarakat Kalbar" (T.N005/

Sabtu, 15 Desember 2007

LKBN ANTARA Pontianak, Dulu dan Kini

Pontianak Post
Sabtu, 15 Desember 2007

Oleh : Nurul Hayat

Kapan persisnya ANTARA Pontianak lahir? Tidak ada penjelasan pasti yang dapat mengungkap sejarah kelahiran tersebut. Dari literatur yang ada menyebut ANTARA Pontianak sudah ada sekitar tahun 1950-an.

Namun awal berdirinya ANTARA Pontianak tidak terlepas dari peran dua bersaudara, Ibrahim Saleh dan Aliaswat Saleh yang masa itu mendirikan surat kabar “Suasana”.

Ibrahim Saleh dalam susunan personalia surat kabar “Suasana” bertindak sebagai pemimpin umum. Sedangkan Aliaswat Saleh, kakak tertuanya, ditunjuk sebagai pimpinan redaksi.

Dua bersaudara tersebut kemudian mengubah surat kabar “Suasana” menjadi harian “Pembangunan”, menyusul hengkangnya tentara Jepang dari Kota Pontianak. Harian baru tersebut terbit dengan dua halaman, sama halnya seperti surat kabar “Suasana”.

Harian “Pembangunan” berjalan beberapa tahun, kemudian Direktur Kantor Berita ANTARA, H Adam Malik, pada 1953 menunjuk Ibrahim Saleh sebagai koresponden ANTARA di Pontianak. Kantor ANTARA kemudian beralamat di Jl Tanjungpura No. 17 (saat ini lokasinya menjadi kantor cabang Bank Mandiri).

Kala itu, penyajian informasi dari ANTARA kepada pelanggan dalam bentuk buletin tidak langsung ditangani oleh Ibrahim Saleh. Pelanggan mendapatkan buletin langsung dari kantor pusat dengan pengiriman melalui pos.

Kantor harian “Pembangunan” dan koresponden ANTARA kemudian digunakan oleh Universitas Daya Nasional (kini Universitas Tanjungpura). Sehingga Ibrahim Saleh dan Aliaswat Saleh memutuskan pindah kantor ke Jalan Veteran (saat ini menjadi Jalan Johar No. 1). Merupakan bangunan Kantor Perpustakaan Lembaga Pers dan Pendapat Umum (LPPU).

Berdasarkan pemberitahuan dari Pedarmilda Kalimantan Barat kepada tiga orang staf pimpinan harian “Pembangunan”, yakni M Imran Pasani, Soekirdi Hartopartono dan Assuri Mahyus, sejak Mei 1962, harian “Pembangunan” berkantor di LPPU.

Maka sejak itu pula, koresponden Kantor Berita ANTARA yang ketika itu dirangkap Ibrahim Saleh dan Aliaswat Saleh, berkantor di tempat yang sama, di Jalan Johar No. 1, Pontianak.

Gedung kantor tersebut memiliki konstruksi bangunan gaya Melayu dan dibangun oleh Pemerintah Daerah Tingkat I Kalbar pada 1959/1960. Sampai saat ini konstruksi bangunan itu maish tetap dipertahankan sebagai ciri khas Kota Pontianak.

Pengembangan koresponden ANTARA menjadi kantor cabang terjadi pada tahun 1965, dan tetap berada di lokasi dahulu (bahkan hingga saat ini). Peralihan status ANTARA juga diwarnai kondisi perpolitikan tanah air yang memang sedang memanas saat itu.

Namun, Ibrahim Saleh dan Aliaswat Saleh mulai sibuk dengan perusahaan pelayaran “Karimata” yang mereka kelola bersama-sama.

Pada 1 Agustus 1965, LKBN ANTARA Pusat menempatkan tiga orang wartawan di LKBN ANTARA Cabang Pontianak. Seorang di antaranya, Drs. Basrin Nourbustan (Nasionalis) ditetapkan sebagai Kepala Cabang. Dua lainnya, adalah H Abdulkadir Adam (Agama) dan Bambang Sumitro (Komunis) untuk memenuhi persyaratan Nasakom, sesuai dengan iklim politik waktu itu.

Mereka dilantik oleh Wakil Ketua Dewan Pimpinan LKBN ANTARA Pusat H Mahbub Djunaedi (unsur agama) pada tanggal 4 Agustus 1965.

Memasuki program teleksasi, pada tanggal 7 Juli 1980, Gubernur Kepala Daerah Kalimantan Barat, H Soejiman meresmikan beroperasinya Telex di LKBN ANTARA Cabang Pontianak.

Harian “Akcaya” merupakan satu-satunya surat kabar yang terbit di Pontianak menjadi pelanggan pertama telex LKBN ANTARA di Pontianak. Produk ANTARA lainnya, semisal Warta Perundang-undangan, Warta Berita sejak lama tersebar semakin dikenal luas di daerah ini, menyusul kemudian produk lainnya.

Sebagai pelaksanaan program penyegarannya, Pemimpin Umum LKBN ANTARA Ir Handjojo Nitimihardjo pada 15 Februari 1990 menarik Drs Basrin Nourbustan ke LKBN ANTARA Pusat di Jakarta.

Sebagai kepala cabang yang baru ditunjuk Sjafri Kaliludin dan bersamaan dengan itu pula status cabang diubah menjadi biro. Kelanjutan pelaksanaan program penyegaran itu, Sjafri Kaliludin digantikan oleh Edy Supriatna Sjafe’i. Serah terima jabatan antara keduanya berlangsung pada 10 Januari 1995.

Mulai tahun 1995, era telex diganti oleh komputer. Bahkan pelanggan ANTARA Biro Pontianak beralih ke sistem VSAT, termasuk harian “Akcaya”. Disamping langganan buletin dari Pemerintah Daerah Kalbar, pemerintah kabupaten dan perseorangan, produk ANTARA semakin “menancapkan kukunya” dengan adanya pelanggan data seketika. Untuk pelayanan langganan ini tercatat antara lain PT Credit Euro Utama di Pontianak yang juga membuka kantor cabang di Kota Singkawang.

Di samping itu, ada juga pelanggan lainnya di Panin Bank dan PT Panca Rezeki Utama yang berkedudukan di Pontianak.

Edy Supriatna Sjafe’i kemudian pada 1 Juli 2002 ditarik ke Jakarta dan jabatan kepala Biro ANTARA Pontianak diserahkan kepada Agustinus Jo Seng Bie. Ketika itu pula, pelanggan paket berita ANTARA dari grup Jawa Post, masing-masing harian “Pontianak Post” dan “Equator”, berhenti berlangganan paket berita ANTARA.

Namun begitu, dari hasil kunjungan kerja Gubernur Kalbar, Usman Ja’far ke kantor LKBN ANTARA di Jakarta, melahirkan bentuk kerjasama baru, melalui Badan Komunikasi, Informasi, dan Kearsipan Daerah (BKIKD). Pemerintah provinsi Kalbar, menganggarkan dalam APBD tahun 2004 bentuk kerjasama dengan ANTARA, yakni pelayanan publikasi berita melalui ANTARA.

Jo Seng Bie menjabat selama 3 tahun 3 bulan dan pada 14 Oktober 2005, melalui Surat Keputusan Nomor 128/PAP/X/2005, pewarta Nurul Hayat ditetapkan sebagai Kepala Biro ANTARA di Pontianak menggantikan A Jo Seng Bie yang pindah menjadi Kepala Biro di Batam.

Nurul Hayat melanjutkan kerjasama yang telah terjalin antara BKIKD Kalbar dengan LKBN ANTARA, dalam bentuk Banner Advertorial, yakni fasilitas pelayanan promosi Pemerintah Provinsi Kalbar melalui situs://www.antara.co.id sejak tahun 2006-2007.

Setelah selama beberapa tahun lamanya, ANTARA tidak melayani pelayanan paket berita kepada pelanggan media massa, maka sejak Mei 2007, sebuah harian, “Borneo Tribune”, melanggani paket berita bahasa Indonesia-Inggris dan paket foto campuran dan soccer. Selain itu, jumlah pelanggan WPU ANTARA di Pontianak saat ini mencapai 44 eksemplar. Terdiri dari pelanggan instansi/dinas di pemerintah provinsi dan kabupaten/kota, para anggota DPRD, dan perseorangan.

Seiring dengan penetapan status Perusahaan Umum untuk LKBN ANTARA, maka tugas dan tanggung jawab kantor Biro ANTARA di setiap provinsi semakin besar dan berat. Misi ANTARA yang semula lebih kepada kepentingan sosial, saat ini juga harus memerhatikan kepentingan bisnis, guna peningkatan pendapatan.

Berkaitan itu pula, Biro ANTARA Pontianak kini sedang melakukan sejumlah upaya, di antaranya promosi, sosialisasi dan menjalin kerjasama yang lebih erat dengan pelanggan, mitra, dan lembaga lainnya.



* Penulis adalah Kepala Biro LKBN Antara Pontianak

Jumat, 14 Desember 2007

Menanam Pohon, Menghijaukan Tempat Kerja

Pontianak Post
Jumat, 14 Desember 2007

HUT LKBN ANTARA ke-70

Pontianak,- Hari Ulang Tahun Ke-70 Perusahaan Umum LKBN Antara di Kalimantan Barat, ditandai dengan penanaman pohon matoa dan tanjung di halaman depan Kantor ANTARA Biro Pontianak, Kamis (13/12).

Kegiatan penanaman dua bibit pohon tersebut dilakukan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Kalbar, Tri Budiarto dan Kepala Biro Antara Pontianak, Nurul Hayat.

Kepala Bapedalda Kalbar menyambut baik ide penanaman pohon tersebut. Ia menyarankan agar kegiatan serupa terus dipupuk dan dikembangkan mengingat isu di sekitar Kota Pontianak terkait dengan permasalahan lingkungan. "Isu di Kota ini tidak lari dari masalah banjir, kemarau, dan asap. Semua itu isu lingkungan," kata Tri Budiarto.

Kepala Bapedalda tersebut menyatakan, adalah tindakan yang baik, jika mengawali suatu moment penting dengan penanaman pohon. "Minimal media sebagai contoh juga ikut berperan dalam menekan perubahan iklim dengan menanam pohon. Tidak hanya memotivasi masyarakat untuk menanam pohon sebanyak-banyak, tetapi tidak ada langkah nyata," kata Tri Budiarto.

Sementara Nurul Hayat menyatakan, ide menanam pohon muncul setelah menyadari kondisi halaman kantor Biro Pontianak yang telah beberapa tahun terakhir tidak ditumbuhi pepohonan. Dia mengharapkan media lain di daerah tersebut juga mulai memperhatikan pentingnya penghijauan di lingkungan tempat kerja.

Bibit pohon matoa dan tanjung diperoleh secara cuma-cuma dari Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Pontianak yang dewasa ini sedang giat-giatnya melakukan penghijauan dalam kota tersebut.

Acara penanaman pohon, disaksikan belasan wartawan yang tergabung dalam Forum Komunikasi Jurnalis Kalbar (Fokuss Kalbar) yang peduli terhadap "Tujuan Pembangunan Milenium" atau MDGs dan anggota Sakawana, komunitas pencinta lingkungan Pontianak.

Sebelum penanaman pohon, para karyawan di Biro Pontianak, melakukan acara intern pembacaan pidato Direktur Utama Perum LKBN Antara, Ahmad Mukhlis Yusuf, oleh Kepala Biro Antara Pontianak.

Acara tersebut, dihadiri karyawan Antara Biro Pontianak, Ali Bastian yang menerima penghargaan 30 tahun berkarya yang pada tahun ini juga memasuki masa pensiun.

Sehingga selain syukuran sederhana peringatan HUT Antara, juga disertai dengan penyerahan tanda kasih kepada Ali Bastian. Kepala Biro Pontianak, memberikan potongan tumpeng pertama kepada Ali Bastian yang memasuki masa pensiun Agustus lalu.

Ali Bastian, kelahiran Sambas, pada 56 tahun, mendapat penghargaan masa bakti 30 tahun mengabdi di LKBN Antara, yakni staf keuangan yang merangkap Pembantu Koresponden di Biro Pontianak. (mnk)

Kamis, 13 Desember 2007

HUT ANTARA DI PONTIANAK DITANDAI PENANAMAN POHON


Pontianak, 13/12 (ANTARA) - Hari Ulang Tahun Ke-70 Perusahaan Umum LKBN Antara di Kalimantan Barat, ditandai dengan penanaman pohon matoa dan tanjung di halaman depan Kantor Antara Biro Pontianak, Kamis.

Kegiatan penanaman dua bibit pohon tersebut dilakukan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Kalbar, Tri Budiarto dan Kepala Biro Antara Pontianak, Nurul Hayat.

Kepala Bapedalda Kalbar menyambut baik ide penanaman pohon tersebut. Ia menyarankan agar kegiatan serupa terus dipupuk dan dikembangkan mengingat isu di sekitar Kota Pontianak terkait dengan permasalahan lingkungan. "Isu di Kota ini tidak lari dari masalah banjir, kemarau, dan asap. Semua itu isu lingkungan," kata Tri Budiarto.

Kepala Bapedalda tersebut menyatakan, adalah tindakan yang baik, jika mengawali suatu moment penting dengan penanaman pohon. "Minimal media sebagai contoh juga ikut berperan dalam menekan perubahan iklim dengan menanam pohon. Tidak hanya memotivasi masyarakat untuk menanam pohon sebanyak-banyak, tetapi tidak ada langkah nyata," kata Tri Budiarto.

Sementara Nurul Hayat menyatakan, ide menanam pohon muncul setelah menyadari kondisi halaman kantor Biro Pontianak yang telah beberapa tahun terakhir tidak ditumbuhi pepohonan. Dia mengharapkan media lain di daerah tersebut juga mulai memperhatikan pentingnya penghijauan di lingkungan tempat kerja.

Bibit pohon matoa dan tanjung diperoleh secara cuma-cuma dari Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Pontianak yang dewasa ini sedang giat-giatnya melakukan penghijauan dalam kota tersebut.

Acara penanaman pohon, disaksikan belasan wartawan yang tergabung dalam Forum Komunikasi Jurnalis Kalbar (Fokuss Kalbar) yang peduli terhadap "Tujuan Pembangunan Milenium" atau MDGs dan anggota Sakawana, komunitas pencinta lingkungan Pontianak.

Sebelum penanaman pohon, para karyawan di Biro Pontianak, melakukan acara intern pembacaan pidato Direktur Utama Perum LKBN Antara, Dr Ahmad Mukhlis Yusuf, oleh Kepala Biro Antara Pontianak. Acara tersebut, dihadiri karyawan Antara Biro Pontianak, Ali Bastian yang menerima penghargaan 30 tahun berkarya yang pada tahun ini juga memasuki masa pensiun.

Sehingga selain syukuran sederhana peringatan HUT Antara, juga disertai dengan penyerahan tanda kasih kepada Ali Bastian. Kepala Biro Pontianak, memberikan potongan tumpeng pertama kepada Ali Bastian yang memasuki masa pensiun Agustus lalu.

Ali Bastian, kelahiran Sambas, pada 56 tahun, mendapat penghargaan masa bakti 30 tahun mengabdi di LKBN Antara, sebagai staf keuangan yang merangkap Pembantu Koresponden di Biro Pontianak.

(T.K-AL*T011/N005/

Selasa, 04 Desember 2007

KESAKSIAN SEORANG CALON GUBERNUR KALBAR

Oleh Nurul Hayat

Pontianak, 22/11 (ANTARA) - Pria itu berkaca mata minus, warna putih mulai tampak di setiap helaian rambutnya. Sambil memegang hand phone communicator, dia berujar dengan tenang, "Saya ikhlas kalah dalam pemilihan gubernur," kata H Muhammad Akil Mochtar, 47, seorang anggota DPR RI.

Akil Mochtar akrab dengan siapa saja, wartawan biasa menjambangi kediamannya di Jalan Karya Baru, No.20 Pontianak Selatan, jika dia sedang berada di Pontianak untuk mengunjungi konstituen.

Dia adalah anggota Komisi III DPR RI. Ia menjadi anggota DPR RI sudah dua periode, 1999-2004 dan 2004-2009.

Selama dua hari, Jumat dan Sabtu pekan lalu, dia berdialog dengan sejumlah wartawan, disertai beberapa tim sukses Akil-Mecer. Pembicaraan seputar pemilihan gubernur Kalimantan Barat 2008-2013.

Pemilihan gubernur Kalbar diikuti empat pasangan calon. Mereka adalah pasangan incumbent Usman Ja'far - Laurentius Herman Kadir (UJ-LHK), Oesman Sapta Odang - Ignatius Lyong (OSO-Lyong), M Akil Mochtar - AR Mecer (AM), dan Cornelis - Christiandy Sanjaya (CC).

Pasangan UJ-LHK diusung Koalisi Harmoni yang didukung partai besar, yakni Partai Golkar, PPP, PKS, PKB, PBR, PAN, Partai Merdeka, dan PDS dengan dukungan suara mencapai 53,39 persen. OSO-Lyong diusung Koalisi Kalbar Maju, Adil dan Sejahtera terdiri dari Partai Demokrat, PPD, Partai Patriot Pancasila, PNI Marhaenisme, PBSD, PPIB dan PKPB, dengan dukungan suara 15,45 persen.

Akil-Mecer diusung Koalisi Rakyat Kalbar Bersatu, terdiri dari Partai Pelopor, PBB, PPDK, PNBK, PKPI, PPDI, PPNUI dan PSI, dan mendapat dukungan suara 15,08 persen. Sedangkan pasangan Cornelis - Christiandy diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dengan dukungan suara 17,07 persen.

Para calon gubernur itu mendapat kesempatan berkampanye di 14 kabupaten/kota di wilayah Kalbar pada 30 Oktober - 10 November. Pada 29 Oktober mereka menyampaikan visi dan misi di Gedung DPRD Kalbar dan 11 November debat kandidat di hotel Santika, Pontianak.

Pembicaraan pada hari Jumat (16/11) yang diwarnai dengan mendung langit khatulistiwa, Akil Mochtar seperti memberikan "kesaksian". Padahal, waktu itu baru sehari usai pemungutan suara, namun Akil tampak menerima kekalahannya.

Akil mengaku tidak mampu menarik kembali suara pendukungnya yang "lari" dan memilih pasangan calon gubernur lain. Akil dan pasangannya, Anselmus Robertus Mecer, tampaknya harus berlapang dada menerima kekalahan mereka. Suara pendudung pasangan ini berpencar ke dua pasangan calon gubernur lain, hanya karena sentimen agama dan etnis.

"Yang masih tersisa hanya pendukung fanatik. Pendukung Pak Mecer 99 persen meninggalkan kami," kata Akil yang hingga hari ini memeroleh dukungan sekitar 200 ribu pemilih, tak berbeda jauh saat pemilihan legislatif 2004.

Pendukung yang sudah dibina sejak beberapa tahun lalu pun habis oleh "hujan" sehari.

Akil berani menyatakan itu karena dia memeroleh masukan informasi dari tim sukses dan simpatisannya. Karena politisisasi agama dan etnis yang dibawa-bawa pesaing mereka, ditambah lagi adanya publikasi survei sebuah lembaga di Jakarta, Akil-Mecer tidak kuasa mempertahankan suara pendukungnya.


MUI dan Survei
Anggota DPR dari Partai golkar itu menyatakan suara pendukungnya telah "digembosi" sejak ada kesepakatan 22 organisasi keagamaan yang memberikan dukungan kepada salah satu pasangan calon gubernur. Walaupun salah satu organisasi telah mencabut dukungan setelah diprotes masyarakat, namun politisasi agama tetap terjadi.

Ia mengaku telah berupaya keras melawan upaya yang menggiring ke salah satu pasangan calon gubernur. Pernyataan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kalbar, Ustad H A Rahim Dja'far yang menarik dukungan kepada salah satu calon gubernur dan dimuat di koran daerah, juga sudah diperbanyak dengan fotocopy dan disebarluaskan kepada masyarakat, hingga pedalaman.

Akil juga mengeluarkan pernyataan bahwa dia telah dizalimi, karena sebagai calon gubernur yang juga Islam, dia merasa berhak untuk mendapat dukungan organisasi tersebut.

Ketua MUI Kalbar pada dua hari menjelang pemungutan suara menyatakan menarik dukungannya kepada salah satu calon gubernur. Sikap itu diambil dengan berbagai pertimbangan. "Salah satunya karena permintaan dari Panitia Pengawas (Panwas)," katanya.

Selain itu, ia juga mempertimbangkan kemaslahatan umat. Ustad Rahim mengakui tidak hadir dalam musyawarah berbagai organisasi Islam yang akhirnya menghasilkan kesepakatan bersama mendukung calon nomor urut satu (UJ-LHK) karena yang bersangkutan tengah mengidap sakit.

Ia ikut menandatangani atas nama MUI Kalbar karena musyawarah tersebut diikuti salah satu ketua. Ia menegaskan bahwa kesepakatan bersama dimana MUI Kalbar ikut menandatangani sebelumnya bukanlah fatwa.

Akil-Mecer berusaha keras mengklarifikasi upaya politisasi agama tersebut. Namun upaya itu lagi-lagi tidak begitu membuahkan hasil. Pasangan ini hanya sempat "berjaya" usai debat kandidat pada malam tanggal 11 November yang juga disiarkan secara langsung melalui TVRI Kalbar dan RRI Pontianak.

"Rating saya sempat naik waktu itu. Orang-orang yang tidak saya kenali mengontak dan datang ke rumah mengucap selamat dan siap mendukung. Tetapi itu juga tidak membantu. Karena setelah debat kandidat, saya dihantam lagi dengan keluarnya hasil survei pada 12 November," katanya.

Saat debat kandidat, pasangan Akil-Mecer terlihat percaya diri. Mereka dengan lancar menjawab setiap pertanyaan lima panelis mengenai visi dan misi sebagai calon gubernur. Pasangan Akil-Mecer memiliki visi "Masyarakat Kalbar yang religius, menguasai pengetahuan, unggul, disiplin, bertanggung jawab dan sejahtera." Visi tersebut dijabarkan dalam misi yang terdiri dari delapan poin.

Pasangan ini juga dengan lancar dapat menjawab pertanyaan panelis seputar persoalan "pemanasan global".

Namun survei yang dipublikasikan 12 November menunjukkan persentase pemilih terbesar pada calon urut satu (UJ-LHK) dan empat (CC).

Akil menyatakan dia sempat mengontak ketua lembaga survei tersebut guna mengonfirmasi kebenarannya. Dari perbincangan via telepon, ada pengakuan bahwa itu merupakan survei pesanan.

Tim Akil-Mecer akhirnya kembali bekerja keras, mengeluarkan surat bantahan di media massa agar masyarakat tidak memercayai survei tersebut. Namun upaya itu tidak begitu membantu. Calon wakil gubernur pasangannya, AR Mecer, bahkan membuat pidato singkat dan disiarkan secara berulang melalui RRI sejak malam sebelum pemungutan suara hingga pagi, tanggal 15 November. Upaya itu ditempuh agar pendukung pasangan ini tidak mengalihkan suara ke pasangan lain.

"Kami tidak bisa berbuat banyak," katanya. Apalagi setelah mendapat kontak dari pendukung AR Mecer di daerah. Mereka minta maaf terpaksa mengalihkan suara dukungan karena alasan sentimen agama dan etnis. "Pendukung Pak Mecer menyatakan saya (Akil Mochtar) tidak didukung umat Islam," katanya.

Anselmus Robertus Mecer adalah seorang tokoh pemberdayaan ekonomi kerakyatan. Alasan Akil memilih berpasangan dengan AR Mecer untuk maju sebagai calon gubernur - wakil gubernur Kalbar, karena pria berusia 63 tahun itu sangat populer di masyarakat pedalaman dan memiliki basis massa yang kuat. Ia juga mantan anggota MPR utusan golongan (etnis Dayak) pada tahun 1999-2004.

Tampaknya, pada hari pencoblosan baik Akil maupun Mecer sama-sama sudah tahu pasti akan kalah. Walaupun kepada para wartawan saat pencoblosan, keduanya menyatakan yakin dan optimistis menang.

Tim sukses Akil-Mecer yang semula mengklaim mendapat dukungan mayoritas dari pemilih di kabupaten wilayah pesisir pun pada akhirnya tertunduk lemas. Pendukung yang dibina selama beberapa tahun terakhir habis oleh "hujan" sehari karena adanya dugaan politik uang dari pasangan calon gubernur pesaing.

Sejumlah pemilih gubernur Kalbar yang ditemui mengaku terpaksa mengalihkan suara dukungan karena mereka terpengaruh kesepakatan 22 organisasi keagamaan dan hasil survei tersebut.

"Pada awalnya kami akan memilih Akil-Mecer, tetapi setelah lihat hasil survei, mereka sudah pasti kalah," kata seorang pegawai Pemerintah Provinsi Kalbar yang enggan disebut namanya.

Pendapat yang sama juga disampaikan seorang dokter spesialis yang membuka praktek di Jl Tanjungpura, Kecamatan Pontianak Barat. "Akil lima tahun yang akan datang saja maju lagi. Pasti kita pilih," katanya.


Nomor empat
Lewat sepekan sudah pemilihan langsung digelar pada 14 kabupaten/kota di Kalbar. Namun Komisi Pemilihan Umum Provinsi belum melakukan rekapitulasi penghitungan suara pemilihan gubernur - wakil gubernur karena proses rekapitulasi di tingkat kabupaten/kota belum selesai.

Namun, sebagian masyarakat Kalbar sudah mengetahui, pemenang pemilihan itu adalah pasangan urut empat, yakni pasangan Cornelis - Christiandy Sanjaya (CC).

Cornelis adalah Bupati Kabupaten Landak. Ia juga Ketua Dewan Pimpinan Daerah PDI Perjuangan. Sementara Christiandy Sanjaya, adalah Kepala Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kristen Imanuel Pontianak sejak 2004.

Pasangan ini tidak lazim dalam tradisi perpolitikan di Kalbar -- pemilihan bupati/walikota secara langsung -- yang biasanya selalu mengakomodir pasangan calon dari etnis Melayu-Dayak atau Dayak-Melayu. Cornelis adalah putra Dayak kelahiran Sanggau. Sedangkan Christiandy Sanjaya, dari keturunan Cina Singkawang.

Dalam wawancara Minggu (18/11), Cornelis menyatakan keputusan berpasangan dengan Christiandy Sanjaya bukan karena pertimbangan etnis.

"Ia (Christiandy Sanjaya) adalah seorang pendidik dan menguasai masalah ekonomi. Sedangkan saya menguasai urusan pemerintahan dan politik. Dalam pemilihan, bukan hati nurani, tetapi berdasarkan tingkat rasionalitas yang tinggi," katanya.

Cornelis mengklaim menang di delapan kabupaten. Pasangan tersebut memeroleh dukungan suara mencapai 43,94 persen dari sekitar 2,9 juta pemilih. Angka tersebut jauh di atas pasangan UJ-LHK, OSO-Lyong, dan AM.

Seorang tim sukses Cornelis-Christiandy, Bride, menyatakan dia tidak menduga memeroleh suara dukungan sebesar itu. "Awalnya kami memperkirakan hanya akan mendapatkan 35 persen suara pendukung," katanya.

Hasil perolehan suara yang didata tim Kampanye Cornelis - Christiandy Sanjaya hingga Minggu (18/11) suara dukungan sudah mencapai 924.418 suara pemilih, sedangkan pasangan Usman Ja'far - LH Kadir 646.080 suara, Oesman Sapta Odang - Ignatius Lyong 332.279 suara, dam M Akil Mochtar - AR Mecer 200.983 suara.

Pasangan itu menang di delapan daerah pemilihan yakni Kabupaten Bengkayang, Landak, Sanggau, Sekadau, Sintang, Melawi, Kapuas Hulu dan Kota Singkawang. Pasangan incumbent, UJ-LHK menang di tiga daerah pemilihan yakni Kota Pontianak, Kabupaten Pontianak dan Kabupaten Sambas. Satu daerah pemilihan lain, Kabupaten Ketapang, dikuasai oleh pasangan Oesman Sapta Odang - Ignatius Lyong (OSO-Lyong).

"Menurut kami data tersebut sudah final, karena dalam pengumpulan data tidak hanya menggunakan satu sumber melainkan dari banyak sumber resmi," kata Cornelis.

Melihat kenyataan tersebut, Akil-Mecer berbesar hati dan mengikhlaskan kekalahan mereka. Putra kelahiran Putussibau, Kabupaten Kapuas Hulu pada 18 Oktober 1960 itu menyatakan dirinya akan kembali ke DPR RI dan menyelesaikan program doktor-nya yang tertunda karena kesibukan persiapan pemilihan gubernur. Sementara AR Mecer, tentu saja akan kembali ke masyarakat, membangun ekonomi kerakyatan melalui 'credit union'.

Akil Mochtar menyatakan, pada akhirnya dia mesti mengambil pelajaran dari kitab suci Alquran dan Injil. "Nabi itu tidak dihargai di negerinya sendiri. Mereka lebih dihargai di tanah orang," kata anggota DPR RI dari Partai Golkar itu.