Jumat, 21 Desember 2007

OBITUARI ASPAR ASWIN Oleh Nurul Hayat

Pontianak, 21/12 (ANTARA) - Husna Sabri sangat sedih. Ada duka. Ia baru saja kehilangan bekas atasan yang juga ayah baginya, Mayjen (Purn) H Aspar Aswin.

Aspar Aswin, mantan Gubernur Kalbar 1993-2003 yang lahir di Samarinda 13 April 1940, meninggal dunia dalam usia 67 tahun di ruang perawatan intensif (ICU) Rumah Sakit Santo Antonius Pontianak, Rabu (19/12) pukul 02:10 WIB.

Rabu siang, Husna mondar-mandir di bandara Supadio mengurusi pemberangkatan jenazah menuju bandara Adisutjipto, Yogyakarta, untuk dikebumikan di pemakaman keluarga Gandokan, Kecamatan Kerangganan, Temanggung, Jateng.

Jenazah Aswin sudah berada di ruang tunggu VIP bandara Supadio, dijaga dua prajurit bersenjata.

Husna sempat bingung mencari pesawat yang bersedia memberangkatkan jenazah. Ada pimpinan maskapai penerbangan yang dihubungi. Pimpinan maskapai bersedia membawa jenazah menuju tempat tujuan.

"Tetapi harus membayar sewa dimuka. Bagaimana mau mencari uang hari begini?" katanya setengah bertanya. Ia bingung. Hari itu merupakan hari terakhir kerja menjelang cuti bersama. Untuk mendapatkan uang senilai Rp120 juta bukan perkara mudah.

"Untung ada yang membantu jenazah bisa diangkut pesawat sewaan," katanya.

Namun kecemasan Husna belum berakhir. Ia mesti memastikan dirinya bisa ikut serta dalam rombongan pengantar jenazah ke pemakaman, mengingat kapasitas angkut penumpang pesawat terbatas.

Keinginan mengantar jenazah sampai peristirahatan terakhir, menjadi harapan Husna, mantan ajudan Aswin. Husna menjadi ajudan selama 1995-2003.

Orang mengenal Husna dan Aspar Aswin bukan hanya sebatas pimpinan dan bawahan tetapi juga hubungan layaknya bapak dan anak.

Bagi Husna, sebagai atasan, Aspar Aswin adalah pimpinan yang tegas dan penuh kesederhanaan, sedangkan sebagai "ayah", Aspar Aswin adalah figur yang tenang dan penuh perhatian.

"Suasana yang tidak enak jika sedang berada di dalam mobil, bapak hanya diam. Itu tandanya sedang marah dengan seseorang," kata Husna, pria berusia 40-an tahun yang kini staf Dinas Pendapatan Daerah Kalbar.

Sedangkan hal yang menyenangkan ketika Aswin bertanya soal uang saku.

Kini, orang yang dianggapnya sebagai orangtua, telah meninggal dunia. Husna begitu kehilangan.

Terjatuh dan kelelahan

Menurut putra bungsu almarhum, Rico Andri Setyadi (34), sebelum dibawa ke rumah sakit, Aspar Aswin terjatuh di ruang tengah kediamannya di Jalan Akcaya III, Pontianak.

Hanya satu jam di ruang ICU, ayah tiga anak dan kakek lima cucu itu pun menghembuskan napas terakhir.

Selasa malam, Aspar Aswin menemani istrinya yang juga anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) utusan Kalbar, Hj Sri Kadarwati menghadiri pertemuan dengan Pengurus Forum Komunikasi Putra-Putri Purnawirawan dan Putra-Putri TNI/Polri (FKPPI) hingga tengah malam.

Menjelang tidur, Aswin terjatuh di ruang tengah rumah. Aspar Aswin segera dilarikan ke rumah sakit. Pada pukul 02.10 WIB, ia meninggal.

Rico mengaku tidak menemukan kejanggalan menjelang wafatnya Aswin.

Pertemuan terakhir keduanya terjadi pada Sabtu (15/12) ketika mengantar ke bandara Soekarno-Hatta untuk terbang menuju Pontianak.

"Ketika itu, bapak sedang flu. Dalam hati kecil saya, berat melepaskan keberangkatan bapak," kata Rico.

Aspar Aswin memiliki riwayat penyakit diabetes melitus. Ia selalu minum obat untuk menetralkan kadar gula darahnya jika sedang meninggi.

Selain takdir, faktor lain yang menyebabkan kepergian Aspar Aswin adalah kelelahan. Enam bulan terakhir ini, Aswin sering bolak-balik Jakarta-Pontianak untuk urusan partai.

Aspar Aswin adalah Ketua Dewan Pimpinan Daerah Partai Hanura Kalbar. Di tingkat pusat, partai baru itu dipimpin mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Wiranto.

Sehari di Pontianak, Aswin terbang ke Kota Ketapang guna mengukuhkan pimpinan anak cabang Partai Hanura. Rencananya, setelah Iduladha, ia bakal mengukuhkan pengurus partai di lima kecamatan di Pontianak, tetapi ajal lebih dahulu menjelang.

"Bapak kecapekan," kata Rico.

Motivator

Seorang pengurus DPD Partai Hanura Kalbar, Baisuni, mengaku mengenal Aspar Aswin sejak muda.

"Ia seorang motivator, inisiator, dan pemimpin yang berjiwa merakyat," kata Baisuni, mantan Bupati Kabupaten Sanggau, 1988-1998.

Ketika Aspar Aswin menjabat sebagai Komandan Korem 121/ABW, Baisuni menjabat sebagai Kepala Seksi Intel Korem. Hubungan baik keduanya berlanjut hingga bergabung dalam partai politik.

Selain memiliki figur yang disebutkan Baisuni, Aspar Aswin juga diakui cukup berwibawa, sederhana, dekat dengan bawahan dan menguasai bidangnya.

Asisten I Sekretaris Daerah Kalbar, Mahfud Suhendro, mengisahkan kejadian dalam acara makan di sebuah hotel di Jakarta bersama sejumlah pejabat Kalbar.

Ketika itu, para pejabat memesan masakan Italia seperti spaghetti dan pizza agar tidak terlihat "sepok"(kuno), tetapi Aswin malah memesan nasi timbel.

"Para pejabat menjadi malu," katanya.

Suhendro menambahkan, saat bekerja Aswin sering lupa waktu untuk istirahat makan. Lupa makan tampaknya juga menjadi salah satu yang melatarbelakangi kepergian Aswin.

Ketika mendampingi sang istri pada acara FKPPI, beberapa jam sebelum meninggal dunia, Aspar Aswin belum makan malam. Ia baru makan bubur pada pukul 23:00 WIB sepulang dari pertemuan tersebut.

Kebiasaan telat makan itu sejak lama dilakukan Aspar Aswin.

Riwayat jabatan

Semasa hidupnya, Aspar Aswin mengawali rangkaian riwayat jabatannya pasca lulus Akademi Militer Nasional (AMN) 1963.

Di institusi militer ia mengawali karir sebagai Komandan Peleton Yonif 314 Linud Siliwangi di Majalengka, Jabar, 1964. Kemudian menjadi Wakil Komandan Kompi Yonif 330/SLW, Komandan kompi Yonif 330/SLW, dan PASI-2 Yonif 330/SLW pada 1971.

Kemudian ditempatkan di Brigade 17 Kostrad Bandung, lalu di Resimen Induk Kodam (Rindam) I Kutaraja, Nanggro Aceh Darussalam sebagai Kepala Litbang Rindam pada 1973, kemudian sebagai Kepala Pendidikan dan Latihan di Rindam itu.

Berpangkat Mayor, Aspar Aswin tahun 1975 menjabat Komandan Yonif 113/DAM I Kotabakti-Aceh.

Beragam jabatan lain yang pernah didudukinya adalah menduduki jabatan Komandan Kodim (Dandim) 0108/Dam I Kutacane, Kepala Staf Korem (Kasrem) 121/Alambhana Wanawwai Sintang, Kalbar, asisten operasi Kepala Staf Kodam (Kasdam) VII Tanjungpura di Pontianak.

Aspar Aswin dinilai berhasil di Kalbar sehingga dipromosikan sebagai Komandan Rinifdam IX Udayana di Tabanan, Bali, 1985-1986. Dari Bali kemudian kembali bertugas ke Kalbar sebagan Danrem 121/ABW pada 1986-1989. Setelah berakhir masa tugas, Aspar Aswin diangkat sebagai Wakil Komandan Puspansisops di Cimahi, Jabar.

Belum setahun bertugas di Cimahi, Aspar Aswin mendapat kehormatan meniti karir di jabatan sipil sebagai Wakil Gubernur Bali, dengan pangkat Jenderal berbintang satu.

Bekal pengalaman yang dimilikinya, maka pada 1993 terpilih sebagai Gubernur Kalbar periode 1993-1998. Pengangkatan berdasarkan Keppres nomor 13/M/1993 tanggal 13 Januari 1993. Kemudian terpilih kembali sebagai gubernur Kalbar periode 1998-2003, berdasarkan Keppres RI No 2/M/1998 tanggal 9 Januari 1998.

Aspar Aswin merupakan gubernur ketujuh Kalbar atau gubernur kedua yang menjabat selama dua periode setelah Sujiman.

"Dia memang berjiwa pemimpin," kata H Djawari, mantan wakil gubernur era Aspar Aswin.

Bintang jasa dan penghargaan yang pernah diterima, Satya Lencana Penegak (1966), Satya Lencana GOM-VIII (1968), Satya Lencana GOm-VIII (1983), Satya Lencana VIII TH (1973), Satya Lencana XVI TH (1981), Satya Lencana XXIV TH (1989).

Kemudian, Darjah Kebesaran Kepahlawanan Angkatan Tentara Malaysia, Yudha Dharma Nararya (1996), Kartika Eka Paksi Pratama (1996), Satya Lencana Pembangunan Bidang Pertanian (1996), Satya Lencana Pembangunan Bidang Koperasi (!996), Satya Lencana Kebaktian Sosial (1996), Manggala Karya Kencana KL I A (1997), Lencana Melati (1997), Satya Lencana Abdi Satya Bhakti (1997), dan Abdimanggalya Karya (1997).

Aspar Aswin (anak pasangan Aswin dan Tuminah) menikah dengan Sri Kadarwati pada 17 Juli 1966. Wanita yang dinikahinya itu lahiran Muntilan tahun 1947.

Dari pernikahan itu, mereka dikaruniai tiga putra, Setya Dewi, Dony Satryadi, dan Rico Andri Setyadi. Dari anak-anak mereka, Aspar Aswin dikaruniai lima cucu.

Pelepasan jenazah berlangsung secara militer, dengan Komandan upacara, Gubernur Kalbar 2003-2008 Usman Ja'far.

Ribuan orang handai taulan, mulai dari pejabat pemprov Kalbar, para karyawan/staf, anggota DPRD, tokoh masyarakat, ulama, pejabat militer, wartawan, tetangga, dll, mendatangi kediaman pribadi yang biasanya tampak lengang tersebut.

Jenazah kemudian dibawa ke Masjid Raya Mujahidin, pada pukul 10.00 WIB untuk disalatkan. Setelah itu, langsung berangkat menggunakan ambulance Rumah Sakit Umum Dr Soedarso Pontianak, menuju ke bandara Supadio.

Menurut Rico, jenazah dibawa ke Temanggung karena semasa hidup, pernah menyatakan ingin istirahat penuh di tempat tinggal keluarga besar istrinya.

Diantara pengantar jenazah yang menaiki tangga pesawat tampak Husna Sabri masuk ke dalam burung besi berkapasitas 10 penumpang itu. Senyum tersungging di wajah Husna. Keinginannya mengantar jenazah hingga liang lahat tercapai.

"Selamat jalan Pak Aswin, jasamu dikenang masyarakat Kalbar" (T.N005/

Tidak ada komentar: