Selasa, 04 Desember 2007

KESAKSIAN SEORANG CALON GUBERNUR KALBAR

Oleh Nurul Hayat

Pontianak, 22/11 (ANTARA) - Pria itu berkaca mata minus, warna putih mulai tampak di setiap helaian rambutnya. Sambil memegang hand phone communicator, dia berujar dengan tenang, "Saya ikhlas kalah dalam pemilihan gubernur," kata H Muhammad Akil Mochtar, 47, seorang anggota DPR RI.

Akil Mochtar akrab dengan siapa saja, wartawan biasa menjambangi kediamannya di Jalan Karya Baru, No.20 Pontianak Selatan, jika dia sedang berada di Pontianak untuk mengunjungi konstituen.

Dia adalah anggota Komisi III DPR RI. Ia menjadi anggota DPR RI sudah dua periode, 1999-2004 dan 2004-2009.

Selama dua hari, Jumat dan Sabtu pekan lalu, dia berdialog dengan sejumlah wartawan, disertai beberapa tim sukses Akil-Mecer. Pembicaraan seputar pemilihan gubernur Kalimantan Barat 2008-2013.

Pemilihan gubernur Kalbar diikuti empat pasangan calon. Mereka adalah pasangan incumbent Usman Ja'far - Laurentius Herman Kadir (UJ-LHK), Oesman Sapta Odang - Ignatius Lyong (OSO-Lyong), M Akil Mochtar - AR Mecer (AM), dan Cornelis - Christiandy Sanjaya (CC).

Pasangan UJ-LHK diusung Koalisi Harmoni yang didukung partai besar, yakni Partai Golkar, PPP, PKS, PKB, PBR, PAN, Partai Merdeka, dan PDS dengan dukungan suara mencapai 53,39 persen. OSO-Lyong diusung Koalisi Kalbar Maju, Adil dan Sejahtera terdiri dari Partai Demokrat, PPD, Partai Patriot Pancasila, PNI Marhaenisme, PBSD, PPIB dan PKPB, dengan dukungan suara 15,45 persen.

Akil-Mecer diusung Koalisi Rakyat Kalbar Bersatu, terdiri dari Partai Pelopor, PBB, PPDK, PNBK, PKPI, PPDI, PPNUI dan PSI, dan mendapat dukungan suara 15,08 persen. Sedangkan pasangan Cornelis - Christiandy diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dengan dukungan suara 17,07 persen.

Para calon gubernur itu mendapat kesempatan berkampanye di 14 kabupaten/kota di wilayah Kalbar pada 30 Oktober - 10 November. Pada 29 Oktober mereka menyampaikan visi dan misi di Gedung DPRD Kalbar dan 11 November debat kandidat di hotel Santika, Pontianak.

Pembicaraan pada hari Jumat (16/11) yang diwarnai dengan mendung langit khatulistiwa, Akil Mochtar seperti memberikan "kesaksian". Padahal, waktu itu baru sehari usai pemungutan suara, namun Akil tampak menerima kekalahannya.

Akil mengaku tidak mampu menarik kembali suara pendukungnya yang "lari" dan memilih pasangan calon gubernur lain. Akil dan pasangannya, Anselmus Robertus Mecer, tampaknya harus berlapang dada menerima kekalahan mereka. Suara pendudung pasangan ini berpencar ke dua pasangan calon gubernur lain, hanya karena sentimen agama dan etnis.

"Yang masih tersisa hanya pendukung fanatik. Pendukung Pak Mecer 99 persen meninggalkan kami," kata Akil yang hingga hari ini memeroleh dukungan sekitar 200 ribu pemilih, tak berbeda jauh saat pemilihan legislatif 2004.

Pendukung yang sudah dibina sejak beberapa tahun lalu pun habis oleh "hujan" sehari.

Akil berani menyatakan itu karena dia memeroleh masukan informasi dari tim sukses dan simpatisannya. Karena politisisasi agama dan etnis yang dibawa-bawa pesaing mereka, ditambah lagi adanya publikasi survei sebuah lembaga di Jakarta, Akil-Mecer tidak kuasa mempertahankan suara pendukungnya.


MUI dan Survei
Anggota DPR dari Partai golkar itu menyatakan suara pendukungnya telah "digembosi" sejak ada kesepakatan 22 organisasi keagamaan yang memberikan dukungan kepada salah satu pasangan calon gubernur. Walaupun salah satu organisasi telah mencabut dukungan setelah diprotes masyarakat, namun politisasi agama tetap terjadi.

Ia mengaku telah berupaya keras melawan upaya yang menggiring ke salah satu pasangan calon gubernur. Pernyataan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kalbar, Ustad H A Rahim Dja'far yang menarik dukungan kepada salah satu calon gubernur dan dimuat di koran daerah, juga sudah diperbanyak dengan fotocopy dan disebarluaskan kepada masyarakat, hingga pedalaman.

Akil juga mengeluarkan pernyataan bahwa dia telah dizalimi, karena sebagai calon gubernur yang juga Islam, dia merasa berhak untuk mendapat dukungan organisasi tersebut.

Ketua MUI Kalbar pada dua hari menjelang pemungutan suara menyatakan menarik dukungannya kepada salah satu calon gubernur. Sikap itu diambil dengan berbagai pertimbangan. "Salah satunya karena permintaan dari Panitia Pengawas (Panwas)," katanya.

Selain itu, ia juga mempertimbangkan kemaslahatan umat. Ustad Rahim mengakui tidak hadir dalam musyawarah berbagai organisasi Islam yang akhirnya menghasilkan kesepakatan bersama mendukung calon nomor urut satu (UJ-LHK) karena yang bersangkutan tengah mengidap sakit.

Ia ikut menandatangani atas nama MUI Kalbar karena musyawarah tersebut diikuti salah satu ketua. Ia menegaskan bahwa kesepakatan bersama dimana MUI Kalbar ikut menandatangani sebelumnya bukanlah fatwa.

Akil-Mecer berusaha keras mengklarifikasi upaya politisasi agama tersebut. Namun upaya itu lagi-lagi tidak begitu membuahkan hasil. Pasangan ini hanya sempat "berjaya" usai debat kandidat pada malam tanggal 11 November yang juga disiarkan secara langsung melalui TVRI Kalbar dan RRI Pontianak.

"Rating saya sempat naik waktu itu. Orang-orang yang tidak saya kenali mengontak dan datang ke rumah mengucap selamat dan siap mendukung. Tetapi itu juga tidak membantu. Karena setelah debat kandidat, saya dihantam lagi dengan keluarnya hasil survei pada 12 November," katanya.

Saat debat kandidat, pasangan Akil-Mecer terlihat percaya diri. Mereka dengan lancar menjawab setiap pertanyaan lima panelis mengenai visi dan misi sebagai calon gubernur. Pasangan Akil-Mecer memiliki visi "Masyarakat Kalbar yang religius, menguasai pengetahuan, unggul, disiplin, bertanggung jawab dan sejahtera." Visi tersebut dijabarkan dalam misi yang terdiri dari delapan poin.

Pasangan ini juga dengan lancar dapat menjawab pertanyaan panelis seputar persoalan "pemanasan global".

Namun survei yang dipublikasikan 12 November menunjukkan persentase pemilih terbesar pada calon urut satu (UJ-LHK) dan empat (CC).

Akil menyatakan dia sempat mengontak ketua lembaga survei tersebut guna mengonfirmasi kebenarannya. Dari perbincangan via telepon, ada pengakuan bahwa itu merupakan survei pesanan.

Tim Akil-Mecer akhirnya kembali bekerja keras, mengeluarkan surat bantahan di media massa agar masyarakat tidak memercayai survei tersebut. Namun upaya itu tidak begitu membantu. Calon wakil gubernur pasangannya, AR Mecer, bahkan membuat pidato singkat dan disiarkan secara berulang melalui RRI sejak malam sebelum pemungutan suara hingga pagi, tanggal 15 November. Upaya itu ditempuh agar pendukung pasangan ini tidak mengalihkan suara ke pasangan lain.

"Kami tidak bisa berbuat banyak," katanya. Apalagi setelah mendapat kontak dari pendukung AR Mecer di daerah. Mereka minta maaf terpaksa mengalihkan suara dukungan karena alasan sentimen agama dan etnis. "Pendukung Pak Mecer menyatakan saya (Akil Mochtar) tidak didukung umat Islam," katanya.

Anselmus Robertus Mecer adalah seorang tokoh pemberdayaan ekonomi kerakyatan. Alasan Akil memilih berpasangan dengan AR Mecer untuk maju sebagai calon gubernur - wakil gubernur Kalbar, karena pria berusia 63 tahun itu sangat populer di masyarakat pedalaman dan memiliki basis massa yang kuat. Ia juga mantan anggota MPR utusan golongan (etnis Dayak) pada tahun 1999-2004.

Tampaknya, pada hari pencoblosan baik Akil maupun Mecer sama-sama sudah tahu pasti akan kalah. Walaupun kepada para wartawan saat pencoblosan, keduanya menyatakan yakin dan optimistis menang.

Tim sukses Akil-Mecer yang semula mengklaim mendapat dukungan mayoritas dari pemilih di kabupaten wilayah pesisir pun pada akhirnya tertunduk lemas. Pendukung yang dibina selama beberapa tahun terakhir habis oleh "hujan" sehari karena adanya dugaan politik uang dari pasangan calon gubernur pesaing.

Sejumlah pemilih gubernur Kalbar yang ditemui mengaku terpaksa mengalihkan suara dukungan karena mereka terpengaruh kesepakatan 22 organisasi keagamaan dan hasil survei tersebut.

"Pada awalnya kami akan memilih Akil-Mecer, tetapi setelah lihat hasil survei, mereka sudah pasti kalah," kata seorang pegawai Pemerintah Provinsi Kalbar yang enggan disebut namanya.

Pendapat yang sama juga disampaikan seorang dokter spesialis yang membuka praktek di Jl Tanjungpura, Kecamatan Pontianak Barat. "Akil lima tahun yang akan datang saja maju lagi. Pasti kita pilih," katanya.


Nomor empat
Lewat sepekan sudah pemilihan langsung digelar pada 14 kabupaten/kota di Kalbar. Namun Komisi Pemilihan Umum Provinsi belum melakukan rekapitulasi penghitungan suara pemilihan gubernur - wakil gubernur karena proses rekapitulasi di tingkat kabupaten/kota belum selesai.

Namun, sebagian masyarakat Kalbar sudah mengetahui, pemenang pemilihan itu adalah pasangan urut empat, yakni pasangan Cornelis - Christiandy Sanjaya (CC).

Cornelis adalah Bupati Kabupaten Landak. Ia juga Ketua Dewan Pimpinan Daerah PDI Perjuangan. Sementara Christiandy Sanjaya, adalah Kepala Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kristen Imanuel Pontianak sejak 2004.

Pasangan ini tidak lazim dalam tradisi perpolitikan di Kalbar -- pemilihan bupati/walikota secara langsung -- yang biasanya selalu mengakomodir pasangan calon dari etnis Melayu-Dayak atau Dayak-Melayu. Cornelis adalah putra Dayak kelahiran Sanggau. Sedangkan Christiandy Sanjaya, dari keturunan Cina Singkawang.

Dalam wawancara Minggu (18/11), Cornelis menyatakan keputusan berpasangan dengan Christiandy Sanjaya bukan karena pertimbangan etnis.

"Ia (Christiandy Sanjaya) adalah seorang pendidik dan menguasai masalah ekonomi. Sedangkan saya menguasai urusan pemerintahan dan politik. Dalam pemilihan, bukan hati nurani, tetapi berdasarkan tingkat rasionalitas yang tinggi," katanya.

Cornelis mengklaim menang di delapan kabupaten. Pasangan tersebut memeroleh dukungan suara mencapai 43,94 persen dari sekitar 2,9 juta pemilih. Angka tersebut jauh di atas pasangan UJ-LHK, OSO-Lyong, dan AM.

Seorang tim sukses Cornelis-Christiandy, Bride, menyatakan dia tidak menduga memeroleh suara dukungan sebesar itu. "Awalnya kami memperkirakan hanya akan mendapatkan 35 persen suara pendukung," katanya.

Hasil perolehan suara yang didata tim Kampanye Cornelis - Christiandy Sanjaya hingga Minggu (18/11) suara dukungan sudah mencapai 924.418 suara pemilih, sedangkan pasangan Usman Ja'far - LH Kadir 646.080 suara, Oesman Sapta Odang - Ignatius Lyong 332.279 suara, dam M Akil Mochtar - AR Mecer 200.983 suara.

Pasangan itu menang di delapan daerah pemilihan yakni Kabupaten Bengkayang, Landak, Sanggau, Sekadau, Sintang, Melawi, Kapuas Hulu dan Kota Singkawang. Pasangan incumbent, UJ-LHK menang di tiga daerah pemilihan yakni Kota Pontianak, Kabupaten Pontianak dan Kabupaten Sambas. Satu daerah pemilihan lain, Kabupaten Ketapang, dikuasai oleh pasangan Oesman Sapta Odang - Ignatius Lyong (OSO-Lyong).

"Menurut kami data tersebut sudah final, karena dalam pengumpulan data tidak hanya menggunakan satu sumber melainkan dari banyak sumber resmi," kata Cornelis.

Melihat kenyataan tersebut, Akil-Mecer berbesar hati dan mengikhlaskan kekalahan mereka. Putra kelahiran Putussibau, Kabupaten Kapuas Hulu pada 18 Oktober 1960 itu menyatakan dirinya akan kembali ke DPR RI dan menyelesaikan program doktor-nya yang tertunda karena kesibukan persiapan pemilihan gubernur. Sementara AR Mecer, tentu saja akan kembali ke masyarakat, membangun ekonomi kerakyatan melalui 'credit union'.

Akil Mochtar menyatakan, pada akhirnya dia mesti mengambil pelajaran dari kitab suci Alquran dan Injil. "Nabi itu tidak dihargai di negerinya sendiri. Mereka lebih dihargai di tanah orang," kata anggota DPR RI dari Partai Golkar itu.

Tidak ada komentar: